Cara
standarisasi NaOH 1N
Volumetri atau tirimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi
kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan
zat lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik
ekuivalen sehingga kepekatan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung .
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau
kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi
jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat
ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam
reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh
indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai
satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu
dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Tabel 1.1 Indikator untuk asam dan basa
Nama
|
Jangka pH dalam mana terjadi perubahan warna
|
Warna asam
|
Warna basa
|
Kuning metil
|
2 – 3
|
Merah
|
Kuning
|
Dinitrofenol
|
2,4 – 4,0
|
Tak berwarna
|
Kuning
|
Jingga metil
|
3 – 4,5
|
Merah
|
Kuning
|
Merah metil
|
4,4 – 6,6
|
Merah
|
Kuning
|
Lakmus
|
6 -8
|
Merah
|
Biru
|
Fenophtalein
|
8 – 10
|
Tak berwarna
|
Merah
|
Timolftalein
|
10 -12
|
Kuning
|
Ungu
|
Trinitrobenzena
|
12 -13
|
Tak berwarna
|
jingga
|
Titrasi asam basa yaitu sebagai
berikut:
1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat.
Misal : HCl + NaOH →NaCl + H2O
2. Titrasi asam lemah dan basa kuat
Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam
lemah dan basa kuat.
Misal : Asam asetat dengan NaOH
CH3COOH + NaOH →CH3COONa + H2O
3. Titrasi basa lemah dan asam kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari
basa lemah dan asam kuat.
Misal : NH4OH dan HCl
NH4OH + HCl →NH4Cl + H2O
4. Titrasi asam lemah dan basa lemah
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan
basa lemah. Misal : Asam asetat dan NH4OH
pH larutan
tergantung dari harga Ka dan Kb
1.
Bila Ka > Kb larutan bersifat asam
2.
Bila Kb < Ka larutan bersifat basa
Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan
konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan
standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada
analisis volumetri.
Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat
murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume
tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan
zat yang kita gunakan disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan
cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu,
tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan
standar skunder.
Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi
persyaratan dibawah ini :
1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan
yang diketahui kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %
2. Harus stabil
3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga
tidak menyerap uap air, tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan
Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis tirimetri apabila
memenuhi persyaratan berikut :
1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat
dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti,
sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan.
3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.
4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar
Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke
dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai
reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna
Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena
penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan
warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir
titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam
prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi.
Dalam standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan percobaan hal yang pertama
dilakukan adalah merancanng percobaan terssebut yang diawali dengan merancang
prosedur percobaan yaitu sebagai berikut:
Alat
Alat yang
dibutuhkan untuk standarisasi larutan NaOH antara lain:
1.
Labu ukur
2.
Buret
4.
Erlenmeyer
5.
Gelas beker
6.
Pipet tetes
7.
Neraca analitik
8.
Kaca arloji
9.
Batang pengaduk
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain:
1.
Asam Oksalat
2.
NaOH
3.
Phenolptalein
4.
Aquades
Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan
ini yaitu:
1.
Menimbang
sebanyak 2,52 gram asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) dengan menggunakan gelas
arolji dan neraca analitik.
2.
Memindahkanasam
oksalat dari kaca arloji ke dalam gelas beker 100 mL,
3.
Menambahkan 25-30
mL akuades
4.
Mengaduknya
hingga larut
5.
Kaca arloji
dibilas dengan sedikit akuades, dan memasukkan air bilasan ke dalam gelas beker
yang berisi larutan asam oksalat tersebut
6.
Larutan asam
oksalat dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
7.
Membilas gelas
beker dengan sedikit akuades, dan air bilasan tersebut dimasukkan ke dalam labu
ukur
8.
Menambahkan
akuades ke dalam labu ukur hingga tepat tanda batas dan mengocoknya hingga
homogen
9.
Mencuci buret
50mL yang akan digunakan dengan menggunakan akuades kemuadian mengeringkannya.
Setelah selesai dicuci, membilas buret yang sudah bersih tersebut dengan
sedikitlarutan asam oksalat, lalu mengisi buret dengan asam oksalat.
10. Menimbang 0,4 gram NaOH dengan kaca arloji
11. Memindahkannya dari kaca arloji ke dalam gelas beker
100 Ml
12. Menambahkan 25-30 mL akuades, kemuadian mengaduknya
hingga larut
13. Kaca arloji dibilas dengan sedikit akuades, dan memasukkan
air bilasan ke dalam gelas beker yang berisi larutan NaOH tersebut
14. Larutan NaOH dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL,
kemudiam membilas gelas beker dengan sedikit akuades, dan air bilasan tersebut
dimasukkan ke dalam labu ukur
15. Menambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga tepat
tanda batas dan mengocoknya hingga homogen.
16. Memasukkan 10 mL larutan NaOH yang akan
distandarisasi kedalam erlenmeyer
17. Menambahkan 2-3 tetes indikator fenophtalein
18. Menitrasi Larutan NaOH dengan larutan asam oksalat
dari buret. Dan jika telah terjadi perubahan warna yang konstan, maka titrasi
dihentikan kemudian mencatat volume asam oksalat yang digunakan untuk titrasi.
Dan selanjutnya, melakukan titrasi kembali
sebanyak dua kali dan menghitung rata-rata volume asam oksalat yang digunakan
dari tiga kali titrasi yang telah dilakukan.
Jika dari percobaan standarisasi NaOH di atas diperoleh data
hasil pengamatan sebagi berikut:
Titrasi pertama Titrasi kedua
V NaOH
= 10 mL V NaOH
= 10 mL
V Asam oksalat = 25 mL V
asam oksalat = 24 mL
Titrasi ketiga
V NaOH
= 10 mL
V asam oksalat = 26 mL
Volume asam oksalat rata-rata yang
digunakan: 25
mL
Perhitungan:
Konsentrasi
Larutan Asam Oksalat
Diketahui
: Massa asam
oksalat = 2,52 gr
Mr asam
oksalat
= 126 gr
Volume larutan asam oksalat = 100 mL = 0,1 L
Molaritas asam oksalat = (massa
asam oksalat/ Mr asamoksalat)
Volume larutan asam oksalat
=
(2,52 g/126 g/mol)
0,1
L
=
0,2 mol/L
Ditanya :
Normalitas asam oksalat = .........?
Jawab :
Normalitas asam oksalat = n. M
= (2 ek / mol) x (0,2 mol/L)
= 0,4
ek/L
Penentuan Konsentrasi NaOH
Diketahui : Volume
NaOH saat titrasi
= 10 mL
Volume rata-rata asam oksalat saat titrasi = 25 mL
Normalitas asam
oksalat
= 0,4 ek/L
Pada
saat titik ekuivalen
(N.V)asam =
(N.V)basa
(N.V)oksalat =
(N.V)NaOH
0,4 ek /L. Voksalat = NNaOH.
10 mL
NNaOH = 0,4 ek/L. 25
mL
10
mL
=
1N
0 komentar:
Posting Komentar